Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar, datanglah dua orang tamu. Pertama seorang wanita tua penjual kahwa (minuman keras khas Arab), dan yang satunya adalah seorang pemuda Mesir. Kedua tamu itu mengadu kepada Abu Nawas. Setelah mendengar pengaduan itu, Abu Nawas menyuruh pulang murid-muridnya.
"Sekarang kalian pulanglah! nanti malam, kalian datang membawa cangkul, penggali, kapak, martil, dan batu". Perintah Abu Nawas.
Malam harinya, berkumpullah seluruh murid-muridnya.
"Malam ini, pergilah kalian menuju rumah tuan Kadi. hancurkan rumahnya. Ratakan dengan tanah".
Murid-murid Abu Nawas segera menuju rumah tuan Kadi. Sesampai disana, dihancurkan rumah itu sampai rata dengan tanah. Ketika mereka ditanya siapa yang menyuruh, mereka langsung menjawab Abu Nawas.
Pagi harinya tuan Kadi melaporkan kejadian itu kepada Sultan. Abu Nawas pun dipanggil.
"Hai Abu Nawas mengapa kamu hancurkan rumah Kadi?" tanya Sultan.
"Sebab pada suatu malam saya bermimpi. tuan Kadi menyuruh hamba untuk merusak rumahnya. Rumah itu tidak cocok lagi dan ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi" jawab Abu Nawas tenang.
"Hai Abu Nawas apa boleh sebuah perintah dilakukan hanya karena mimpi? hukum di negara mana yang kamu pakai itu?" hardik Sultan.
"Hamba memakai hukum tuan Kadi, tuanku" jawab Abu Nawas.
"Hai Kadi! benarkah kamu mempunyai hukum seperti itu?" tanya Sultan kepada tuan Kadi.
Tuan Kadi tidak menjawab. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar karena takut.
"Abu Nawas jelaskan mengapa ada peristiwa seperti itu?" perintah Sultan.
"Baiklah Sultan, beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke Baghdat untuk berdagang. Ia membawa harta yang sangat banyak. pada suatu malam ia bermimpi menikah dengan anak tuan Kadi. maskawinnya sangat banyak. ini hanya mimpi Sultan".
Rupanya, tuan Kadi mendengar kabar mimpi itu. Ia langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mas kawin anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu menolak. Akan tetapi, tuan Kadi tetap merampas semua harta benda milik pemuda itu. Akhirnya si pemuda jadi gelandangan. Untunglah ia ditolong seorang wanita penjual kahwa.
Sultan terkejut mendengar cerita Abu Nawas. beliau lalu memanggil si pemuda. setelah tiba ia pun bercerita. Ternyata, cerita si pemuda itu sama dengan cerita Abu Nawas.
Sultan sangat marah kepada tuan Kadi. tuan kadi langsung dipecat dari jabatannya. Seluruh harta tuan Kadi diberikan kepada pemuda Mesir.
(sumber: Abu Nawas Sang Penggeli Hati, Lintas Media. Jombang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar